Dapat SP3, Mantan Tersangka Sekaligus Korban Begal Murtede Hidup Bebas, Dua Pembegal Lain Merana

Pasal tersebut menyatakan, “Barangsiapa terpaksa melakukan perbuatan untuk pembelaan, karena ada serangan atau ancaman serangan ketika itu yang melawan hukum, terhadap diri sendiri maupun orang lain; terhadap kehormatan kesusilaan (eerbaarheid) atau harta benda sendiri maupun orang lain, tidak dipidana”.
Kasus ini dihentikan setelah mendapatkan perhatian masyarakat luas.
Irjen Djoko menegaskan bahwa penghentian perkara ini telah sesuai dengan prosedur yang merujuk pada Peraturan Kapolri Nomor 6/2019 Pasal 30 tentang Penyidikan Tindak Pidana.
"Jika memperhatikan pasal 30 yang berkaitan dengan penyidikan tindak pidana. Penghentian penyidikan dapat dilakukan demi kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan," terangnya.
Begitu juga dengan rujukan Pasal 184 ayat 1 KUHAP yang berkaitan dengan alat bukti yang sah, baik dalam keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan tersangka.
Merujuk pasal tersebut disimpulkan perbuatan Murtede atau Amaq Sinta merupakan pembelaan terpaksa, sehingga sampai saat ini tidak ditemukan adanya unsur perbuatan melawan hukum, baik secara formil dan materiil.
"Formil sebagaimana diatur dalam Pasal 49 ayat 1 KUHP, materiil tentunya adalah perbuatan yang dilakukan bersangkutan," kata Irjen Djoko.
Merespons terbitnya Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) tersebut, Murtede alias Amaq Sinta menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh masyarakat.
Setelah mendapat SP3, mantan tersangka yang sekaligus korban begal Murtede hidup bebas, dua pembegal lain merana
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com NTB di Google News