Nasib Pak Ogah Penyandang Disabilitas di Mataram, Tak Layak Mendapat Pengobatan
"Setelah ditertibkan, saya baru tahu dan tidak menyangka kalau mereka penyandang disabilitas tuna rungu dan wicara," katanya.
Apabila mereka merupakan warga Kota Mataram, lanjutnya, maka Dinsos Kota Mataram akan mengambil langkah pembinaan terhadap mereka sesuai dengan ketentuan yang ada.
"Alhamdulillah, kalau di Mataram, penanganan bagi penyandang disabilitas sudah berjalan dengan baik melalui berbagai program pembinaan, edukasi, dan pelatihan sesuai dengan kemampuannya agar mereka bisa mandiri," katanya.
Sementara terkait dengan keberadaan "pak ogah" penyandang disabilitas dari luar Kota Mataram ini, Dinsos telah mengundang mereka dan jumlah sekitar 40 orang serta memiliki komunitas sendiri dan perlu penanganan dari daerah asal.
"Ketika kami undang itu, mereka menyampaikan apa yang menjadi alasannya dan lebih tertarik mencari nafkah di Kota Mataram dibandingkan kabupaten/kota lainnya di daerah ini," katanya.
Harapannya, tambah Sudirman, ke depan masalah "pak ogah" sebagai PMKS ini dapat diselesaikan dengan baik tanpa ada pihak yang dirugikan.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Mataram M Saleh sebelumnya mengatakan, kegiatan penertiban "pak ogah" dilakukan secara berkala karena keberadaan mereka tidak memiliki kompetensi dan kualifikasi dalam mengatur lalu lintas.
"Munculnya 'pak ogah' ini memberikan kesan citra Kota Mataram seolah-olah macet tidak tertolong. Padahal, yang terjadi hanya kepadatan lalu lintas pada jam-jam tertentu," katanya. (antara/ket/jpnn)
Dinsos Mataram mengaku tak dapat bina pak ogah disabilitas karena alasan ini
Redaktur & Reporter : Ketut Efrata
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com NTB di Google News