Longsor di Lombok Utara, Hal Ini Jadi Biang Kerok
"Kalau melihat curah hujan, biasa-biasa saja, kami curiga ada kerusakan lingkungan di sana. Karena kok bisa hancur infrastruktur hanya dengan curah hujan seperti itu, berarti lingkungannya sudah rusak," terang Puaddi.
Namun demikian, terlepas dari apa penyebab banjir dan tanah longsor tersebut, Puaddi mengingatkan kepada pemerintah baik provinsi dan kabupaten untuk secepatnya melakukan penanganan sehingga dampak dari bencana tersebut dapat diminimalisir.
Karena keselamatan jiwa masyarakat harus menjadi prioritas utama, meskipun tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dalam bencana longsor tersebut.
Akan tetapi ia tidak ingin dampak dari bencana tersebut karena terlambat tertangani justru menimbulkan masalah sosial bagi masyarakat yang terdampak.
"Pemerintah harus cepat hadir, jangan biarkan masyarakat terkatung-katung, karena tanggung jawab pemerintah menyelamatkan rakyat, segala kesulitan masyarakat tanggungjawab pemerintah mengatasinya," ucap Fuadi.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, Julmansyah saat dikonfirmasi apa penyebab banjir dan tanah longsor di salah satu kawasan wisata di NTB itu, mengaku masih harus menunggu laporan secara lengkap dari tim dan KPH Rinjani Barat.
"Tim Dinas dan KPH Rinjani Barat baru balik dari mengecek lokasi di Malaka. Saya masih menunggu laporannya," kata Julmansyah singkat melalui pesan WhatsApp-nya.
Berdasarkan data Dinas Sosial NTB, jumlah warga yang terdampak akibat bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di kawasan wisata itu pada Minggu sore (16/10) mencapai 473 kepala keluarga (KK) atau 1.419 jiwa.
Tingginya alih fungsi lahan diduga menjadi penyebab terjadinya longsor di Lombok Utara
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com NTB di Google News